Sabtu, 16 Maret 2013

SEBUAH CERPEN YANG MENCERITAKAN SEBUAH KISAH KASIH DUA ORANG YANG SALING MENYAYANGI DAN KISAH INDAH PERSAHABATAN


FARIZ DAN PENYAKITNYA

Hari jumat malam sabtu tgl 25 mei 2012 aku bermimpi bertemu fariz , aku bermimpi bertemu dengannya di sebuah taman yang sekitar 3 tahun yang lalu aku dan kawan- kawan bersenda gurau , di taman itulah banyak kenangan yang sampai saat ini pun aku tak bisa melupakannya.
Awal mula saat aku liburan kenaikan kelas 1 ke kelas 2 SMP aku berlibur ke suatu kota tempat salah satu sanak saudaraku, dan di sana aku mempunyai sahabat  3 orang, mereka sangat baik dan aku sangat menyayanginya terutama FARIZ. Ciri- ciri fariz yang tidak bisa terlupakan adalah badannya yang tinggi, kulitnya yang putih dan poni sampingnya.
Tapi entah mengapa aku merasa ada yang di sembunyikan fariz dari aku dan teman – teman dan aku tidak tahu itu apa.  Tak terasa 3 minggu telah aku lewati dengan bahagia bersama 3 orang sahabat ku ini dan akhirnya aku pulang ke ke kota asal ku.


1 tahun kemudian


Walaupun aku jauh dari sahabat – sahabat ku aku tetap berhubungan dengan mereka menggunakan telepon. Hingga saatnya kejadian yang tak ingin ku ingat – ingat lagi datang. Saat awal liburan tiba mama fariz menelpon ku :
Mama fariz  : sayang kamu di mana nak ? (dengan suara  tersedu-sedu)
Aku               : lagi di rumah tante. Tante kenapa kok   suaranya kayak orang nangis? (bingung)
Mama fariz  : ya udah sayang cepet ya nak sekarang kamu ke rumah tante.
Aku                : emang ada apa ya tante ?   
Mama fariz  : kakaknya fariz sayang .. kakaknya fariz meninggal. Dia mengalami kecelakaan waktu jalan – jalan sama fariz.(menangis dan berkata terbata - bata)
Aku          :  ya allah tante.. innalillahiwainnailaihirojiun?(mulai mengeluarkan air mata)
Mama fariz : iya nak makanya tante nyuruh kamu ke sini dan keadaan fariz juga mengkhawatirkan nak.. (berkata terbata-bata)
Aku               : tapi tante perjalanan dari sini ke sana lumayan jauh butuh waktu 3 jam. Fariz kenapa tante? Fariz nggak papa kan tante? (khawatir)
Mama fariz : pokonya kamu ke sini dulu aja ya nak.. tante tunggu (berkata penuh harap)
Aku              : iya tante.(khawatir)
Tanpa berpikir lagi aku pergi ke sana bersama kakak ku.
Sesampainya aku di sana aku langsung menuju di kediaman fariz. Rumah itu masih ramai karena banyak sanak saudara dan kerabat yang ikut berduka atas meninggalnya kakak fariz. Dari sudut pintu rumah mama fariz berlari dan memeluk ku dengan erat. Lalu mama fariz berkata :
Mama fariz : sejak kejadian itu dia nggak mau berbicara sedikit pun. Makanya tante suruh kamu ke sini karena tante yakin hanya kamu yang bisa membuat fariz ceria seperti dulu. Fariz pernah cerita sama tante kalau fariz sayang sekali sama kamu.(masih menangis)
Aku               : iya tante, aku pasti bakalan ngembali’in fariz kayak yang dulu lagi. Tapi fariz nggak luka – luka atau apa gitu kan tante? (sedih dan bingung )
Mama fariz : fariz.... fariz matanya...(semakin menangis)
Aku                : fariz matanya kenapa tante?(semakin menangis  dan sangat khawatir)
Mama fariz : fariz matanya nggak bisa lihat lagi. Terus penyakit kankernya kambuh dan tambah parah lagi.(semakin menangis)

Tanpa berpikir lagi aku langsung berlari menuju kamar fariz dan meninggalkan mamanya di luar. Aku melihat fariz hanya duduk termenung di atas tempat tidur dan menghadap ke jendela dengan tatapan kosong. Dan di dalam kamar itu ada 2 orang sahabat ku dan ayah fariz kemudian mamanya fariz menyusul ku dari belakang. Aku mencoba mendekati fariz dan memegang tangannya dan aku mencoba berbicara dengannya :
Aku       : fariz.. ini aku.(fariz bingung, dan berontak mendorong dan mengusir ku dengan tongkatnya) Kamu masih ingat kan. Kita bersahabatan berempat bercanda bersama, senang bersama, kamu ingat kan fariz. (fariz terus tidak mau mendengarkan ku, tetapi aku terus berbicara) Kamu jangan kayak gini terus fariz. Kamu harus semangat jalani hari – hari kamu. Akau janji akan selalu nemanin kamu di sini sama teman – teman. Aku janji.(mencoba menahan air mata)
Fariz       : (mengambil buku catatan dan pulpen kemudian menulis) Kamu jangan dekat aku. Bentar lagi aku mati. Buat apa aku senang – senang kalau akhirnya aku mati juga. Dan gara-gara aku juga kakak aku meninggal.
Aku   : fariz kamu nggak boleh berpikiran begitu. Kakak mu meninggal juga bukan kesalahan mu itu kehendak Allah. (akhirnya tak kuat juga menahan tangis)
Fariz : (fariz menulis lagi) aku nggak mau orang – orang di sekitar ku sedih hanya memikirkan dan hanya mengurusi ku aja. Lebih baik aku mati secepatnya aja.
Aku    : semuanya nggak mau kamu kenapa – kenapa. Kita sayang sama kamu. Apalagi aku. Aku sayang banget sama kamu fariz. aku nggak mau kamu kenapa – kenapa. Aku nggak mau itu. Aku mau kamu sembuh fariz. aku mau kita kayak dulu lagi. Ya fariz aku mohon kamu jangan mengurung diri seperti ini. Aku juga nggak mau kamu nggak ngomong, kamu harus belajar berbicara seperti dulu lagi. Nggak boleh ngurung diri lagi ya fariz.(semakin menangis)
Fariz : (fariz mengeluarkan air mata, tersenyum dan langsung memeluk ku lalu dia mengatakan dengan terbata - bata) a-ku ba-ka-lan se-per-ti du-lu la-gi. A-ku eng-gak ba-ka-lan ngu-rung di-ri la-gi.
Aku  : aku senang kamu semangat lagi. Yaudah kalau begitu nanti sore jam 5 kita jalan – jalan ke taman ya. Aku pulang dulu soalnya dari aku nyampe belum pulang ke rumah tante ku. Ya fariz . bye fariz.
Fariz  : (fariz tersenyum dan mengangguk)

Sore jam 5

Aku dan teman -  teman langsung ke rumahnya fariz kita ke taman dan berjalan – jalan dan mengajari fariz berbicara dan Fariz sudah mulai lancar untuk berbicara. Dia mengatakan :
Fariz : terima kasih ya kalian sudah buat aku bahagia. Aku sayang banget sama kalian.
Aku  : iya kita juga sayang banget sama kamu. Kita mau kamu seperti dulu lagi.
Rifki dan andre : iya kita bakalan nemanin kamu. Kita tidur di rumah kamu deh ya. Jadi kita nggak bakalan terpisah hahaha..
Aku : iya. Kita tidur di rumah jadi kita setiap jam, menit, dan detik kita selalu sama – sama.
Fariz : iya. Aku seneng banget kalo gitu.
Rifki : fariz lagi sakit tapi kok tetep ganteng ya. Terus gantengan dia lagi ndre dari pada kamu. Haha
Andre : ah kamu ni. Kaga usah pake di omongin napa.
Fariz : jelaslah masih gantengan gue , secara gue gitu . hahaha
Aku : lagi sakit masih juga sombong, buset dah.
Rifki dan andre : fariz kalo gitu kamu kejar kita ya. Kalo bisa nangkap kita berarti kamu hebat dan paling ganteng di sini.. oke.
Fariz : oke. Tapi awas ya kamu ngerjain aku. Lagi nggak liat ni. Awas lo ya.

Dan kita bermain – main bersama hingga jam 6 sore.  Lalu kita pulang dan maghrib pun tiba kita shalat maghrib bersama. Aku berdoa agar fariz bisa sembuh dari penyakit kanker dan agar fariz bisa melihat lagi.
Jam 9 malam fariz mengajak ku ke sebuah tempat di mana kita sering melihat bintang waktu di malam hari. Lalu kita berbaring di atas rumput dan menatap langit. Lalu fariz mengatakan :
Fariz  : sekarang pasti bintangnya indah banget ya.
Aku : iya sekarang bintangnya indahhh banget di sebelah ujung sana (aku menarik tangan fariz ke arah bintang itu) bintangnya cerah banget.
Fariz : andaikan saja aku bisa melihatnya pasti aku senang banget.
Aku : (aku hanya menatap wajah fariz yang semakin pucat karena penyakitnya dan akhirnya aku mengeluarkan air mata karena aku sedih melihat keadaan fariz yang seperti ini)
Fariz : kamu lagi nangis ya. Aku nggak apa – apa kok. Aku udah ikhlas dengan keadaan ku seperti ini. Mungkin ini adalah jalan hidup ku. Ini adalah takdir ku. Tapi aku masih bersyukur karena walaupun keadaan ku seperti ini tetapi aku masih punya seseorang yang sayang banget sama aku, yaitu kamu. Aku juga sayang banget sama kamu. Kalau suatu saat nanti aku pergi kamu jangan sedih dan jangan pernah lupakan aku ya, karena walaupun aku pergi aku akan selalu sayang sama kamu.
Aku : kamu nggak bakalan ninggalin aku kok. Kamu akan selalu di sini sama aku. Aku selalu berdoa buat kamu. Aku juga nggak bakalan pernah lupa sama kamu. Aku akan selalu ingat sama kamu. Karena aku sayang banget sama kamu, begitupula dengan mama, papa, rifki dan andre mereka semua sayang sama kamu fariz.
Fariz : iya aku percaya itu kok.
Aku  : ya udah kalo gitu kita pulang udah malam juga kamu kan tadi belum makan dan minum obat, aku suapin ya nanti.
Fariz : iya. Ya udah ayo kita pulang.
Dan akhirnya kita pulang. Aku menyuapi fariz dengan berlinang air mata karena aku tahu kalau memang hidup fariz tak lama lagi. Aku tau itu dari dokter pribadi keluarga fariz.

Keesokan harinya.
Pagi – pagi aku mengajak fariz lari pagi bersama – sama mama, papa, rifki dan andre. Kita tertawa bersama. Bermain – main bersama. Tapi semakin aku melihat fariz tertawa aku semakin ingat kata – kata dokter itu. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana kalo fariz pergi dari kita untuk selama – lamanya. Aku benar – benar tidak bisa membayangkannya. Setelah itu kita pulang dan tiba – tiba fariz mengeluh sakit di dadanya. Lalu fariz muntah, dan muntahnya itu darah. Ya allah aku nggak bisa berkata apa – apa selain menangis melihat fariz seperti ini. Rasanya jantung dan hati ini teriris-iris.
Kemudian aku mengambil wudhu untuk shalat duhur aku berdoa supaya fariz di berikan kesembuhan karena aku kasihan melihatnya seperti ini. Tersiksa oleh penyakitnya.setelah aku selesai shalat aku menuju kamar fariz dan ternyata dokter lagi memeriksanya dan aku melihat dokter itu menggelengkan kepalanya pertanda tidak baik bagi fariz dan sontak mamanya langsung menangis dan berlari keluar kamar fariz. aku melihat itu dari kejauhan karena aku tidak mau menangis di depan mamanya fariz ataupun fariz. s
Setelah aku menghapus air mata ku , aku menghampiri fariz dan berkata :
Aku : fariz, kamu nggak papa kan. Apanya yang sakit. Bilang sama aku.
Fariz : nggak papa kok. Ga ada yang sakit. Aku baik- baik aja. Lihat deh aku sekarang lagi senyumkan.
Aku : (tidak bisa lagi menahan air mata dan langsung berlari keluar kamar)

Setelah mamanya fariz selesai berbicara kepada dokter dan fariz selesai makan dan minum obat lalu mamanya fariz menyuruh fariz untuk istirahat. 

Dan pada malam harinya fariz menghampiri ku, rifki dan andre  di teras rumahnya. Malam ini fariz mengajak ku lagi ke tempat kemarin untuk melihat bintang. Setelah kita sampai di sana fariz berbicara pada ku :
Fariz : aku tau umurku nggak lama lagi. Tapi aku yakin umur itu ada di tangan allah. Aku nggak takut sama penyakitku ini. Karena di sampingku ada kamu.
Aku  : (tak bisa berkata-kata apapun hanya bisa menangis)
Fariz : kamu jangan nangis ya aku nggak kenapa – kenapa kok. Aku sehat – sehat aja. Aku nggak mau kamu nangis aku tau kamu sekarang lagi nangis. Walaupun aku nggak bisa melihat tapi aku bisa merasakannya (sambil memegang tanganku dan mengusap kedua pipi ku lalu mencium keningku)
Aku  : iya aku janji, aku bakalan kuat. Aku berusaha nggak nangis lagi kok fariz. maafin aku ya , pasti kamu tambah sedih yaa kalo aku nangis gini. Maaf ya.
Fariz : iya aku sedih liat kamu gini. Jangan nangis lagi ya.
Aku  : ya udah kita liat bintang lagi yok. Aku kasih tau deh yang mana bintang – bintang yang bagus.
Fariz : iya.

Aku dan fariz menghabiskan malam bersama untuk melihat bintang. Entah mengapa aku tak ingin jauh dari fariz. pikiran ku pun tak karuan. Kata – kata dokter itu selalu mengiang-ngiang di kepala ku.
Aku melihat bintang hingga tengah malam dan akhirnya kami ketiduran lalu rifki dan andre membangunkan ku dan fariz untuk pulang ke rumah karena sudah tengah malam. Dan akhirnya kita pulang. Entah mengapa pula aku benar – benar tak ingin berpisah dengannya dan akhirnya aku, rifki dan andre tidur di kursi kamar fariz.
Pagi itu fariz terlihat berbeda. Entah apa yang berbeda tapi menurut ku dia berbeda. Dia banyak diam dan hanya tersenyum seharian itu. Aku takut ini adalah hari terakhir untuk fariz. aku tak bisa membendung lagi air mata ku. Aku hanya menatap fariz dengan tatapan kosong karena aku tak tahu lagi harus berbuat apa.
Dari pagi hingga sore ini fariz sudah muntah darah 3 kali. Aku tak tahan lagi melihat fariz seperti ini. Tiap saat aku berdoa pada allah agar fariz bisa sembuh dari penyakitnya. Aku berdoa dengan penuh harap agar allah dapat mengabulkan doa-doa ku ini.
Malam itu tanpa sepatah kata pun dengan wajah pucatnya fariz mengajak ku, rifki dan andre ke taman. Dia mengajak kita duduk dan dia hanya menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Hati ku benar-benar teriris-iris karena menahan tangis perih di hati ku ini. Fariz berkata :

Fariz : teman-teman kalian adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya. Sahabat yang tak pernah aku lupakan sampai aku mati nanti. Kalian memang nggak akan pernah tergantikan
Aku, rifki dan andre : (tidak bisa mengatakan apa-apa lagi karena kita menahan air mata)
Fariz : (dia berbicara menatap ku) aku sayang sama kamu. Aku nggak bakalan lupa sama kamu. Kamu adalah salah satunya orang yang membuat ku mempunyai semangat hidup di dunia ini. Kamu segalanya bagi ku. Kamuu(dia batuk dan mulai berkata terbata-bata dan pelan) mungkin aku nggak bisa menepati janji ku untuk hidup selamanya sama kamu. Tapi aku tetap menyayangi mu sampai aku mati. (dia bersender di bahu ku dan mengeluarkan air mata)
Aku : (menyenderkan kepala ku di kepalanya yang bersender di bahu ku) fariz.. fariz.. fariz kok kamu lama banget nyendernya pegel ni. Fariz.. kamu nggak kenapa-kenapa kan fariz.. fariz jawab.(mulai meneteskan air mata) fariz..... (aku menggeserkan badan ku lalu fariz terjatuh)
Rifki dan andre : astaghfirullah fariz.. ya allah.. (rifki berlari pulang dan memberitahu mama dan papa fariz)
Aku : farizzzzzzzzzzzzz......... farizzzzzzzzzzzzzzz....... kamu jangan tinggalkan aku farizzzzz.... farizz bangunn.. aku mohon farizz.. aku sayang sama kamu... farizzz.. bangun.. fariz bangun......
Andre : fariz kamu jangan tinggalkan kita fariz. kita sudah berjanji selamanya akan sama –sama.
Mama dan papa fariz : farizzzzzzzzzzzzzzz.. ya allah farizzz.. kenapa kamu tinggalkan mama dan papa sayangggg... fariz kamu bangun nak..

Aku tak tahu lagi jiwa dan raga ku berasa hancur dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Hati ku terasa teriris-iris melihat fariz terbaring tak berdaya. Aku merasa separuh jiwa ku hilang entah ke mana.
Malam itu aku duduk di samping mayat fariz dan membacakan yasin untuknya beserta keluarga dan kerabat orang tua fariz. aku memandangi fariz dan mengenang semua kenangan – kenangan yang telah ku lalui bersama fariz. aku merasa fariz masih ada di samping ku.
Selepas subuh fariz di semayamkan. Banyak sekali yang mengantarkannya karena orang tua fariz dan fariz sendiri pun baik dan pandai bergaul.
 Aku merasa tak percaya kalau fariz telah tiada. Aku ke kamar fariz dan melihat semua barang – barang fariz yang sering dia gunakan. Aku tak tahu lagi bagaimana mata ku ini. Mungkin mata ku ini bengkak sebengkak bengkaknya karena 3 harian ini aku selalu menangis.
Keesokan harinya aku ke kuburan fariz dari pagi hingga sore hari aku bercerita di atas kuburannya semua isi hatiku aku curahkan dan aku merasa dia ada di sampingku.
Seminggu setelah kepergian fariz aku sakit karena aku selalu memikirkan fariz, fariz dan fariz.
Tak terasa sudah 3 minggu aku pun harus pulang untuk melanjutkan sekolah ku dan melanjutkan hidup ku di kota asal ku. Entah mengapa aku beratttttttt sekali pergi meninggalkan kota ini.
Semua kenangan fariz ada di sini. Sebelum aku pulang aku ke kuburan fariz untuk berpamitan.
Entah mengapa ada yang menarik tangan ku tetapi entah mengapa juga aku melihat fariz dia menarik tangan ku dan mencium kening ku. Aku meneteskan air mata karena aku teringat lagi semua kenanganku bersama fariz.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar