FARIZ DAN PENYAKITNYA
Hari jumat
malam sabtu tgl 25 mei 2012 aku bermimpi bertemu fariz , aku bermimpi bertemu
dengannya di sebuah taman yang sekitar 3 tahun yang lalu aku dan kawan- kawan
bersenda gurau , di taman itulah banyak kenangan yang sampai saat ini pun aku
tak bisa melupakannya.
Awal mula
saat aku liburan kenaikan kelas 1 ke kelas 2 SMP aku berlibur ke suatu kota
tempat salah satu sanak saudaraku, dan di sana aku mempunyai sahabat 3 orang, mereka sangat baik dan aku sangat
menyayanginya terutama FARIZ. Ciri- ciri fariz yang tidak bisa terlupakan
adalah badannya yang tinggi, kulitnya yang putih dan poni sampingnya.
Tapi entah
mengapa aku merasa ada yang di sembunyikan fariz dari aku dan teman – teman dan
aku tidak tahu itu apa. Tak terasa 3
minggu telah aku lewati dengan bahagia bersama 3 orang sahabat ku ini dan
akhirnya aku pulang ke ke kota asal ku.
1 tahun
kemudian
Walaupun aku
jauh dari sahabat – sahabat ku aku tetap berhubungan dengan mereka menggunakan
telepon. Hingga saatnya kejadian yang tak ingin ku ingat – ingat lagi datang.
Saat awal liburan tiba mama fariz menelpon ku :
Mama fariz : sayang kamu di mana nak ? (dengan suara tersedu-sedu)
Aku : lagi di rumah tante. Tante
kenapa kok suaranya kayak orang nangis? (bingung)
Mama fariz : ya udah sayang cepet ya nak sekarang kamu ke
rumah tante.
Aku : emang ada apa ya tante ?
Mama fariz : kakaknya fariz sayang .. kakaknya fariz meninggal.
Dia mengalami kecelakaan waktu jalan – jalan sama fariz.(menangis dan berkata terbata - bata)
Aku : ya allah tante.. innalillahiwainnailaihirojiun?(mulai
mengeluarkan air mata)
Mama fariz : iya nak makanya tante nyuruh kamu ke sini dan keadaan fariz
juga mengkhawatirkan nak.. (berkata terbata-bata)
Aku : tapi tante perjalanan dari
sini ke sana lumayan jauh butuh waktu 3 jam. Fariz kenapa tante? Fariz nggak
papa kan tante? (khawatir)
Mama fariz : pokonya kamu ke sini
dulu aja ya nak.. tante tunggu (berkata penuh harap)
Aku : iya tante.(khawatir)
Tanpa
berpikir lagi aku pergi ke sana bersama kakak ku.
Sesampainya
aku di sana aku langsung menuju di kediaman fariz. Rumah itu masih ramai karena
banyak sanak saudara dan kerabat yang ikut berduka atas meninggalnya kakak
fariz. Dari sudut pintu rumah mama fariz berlari dan memeluk ku dengan erat.
Lalu mama fariz berkata :
Mama fariz : sejak kejadian itu dia nggak mau berbicara sedikit pun. Makanya
tante suruh kamu ke sini karena tante yakin hanya kamu yang bisa membuat fariz
ceria seperti dulu. Fariz pernah cerita sama tante kalau fariz sayang sekali sama kamu.(masih menangis)
Aku : iya tante, aku pasti bakalan ngembali’in fariz kayak yang dulu lagi. Tapi fariz nggak luka – luka atau apa gitu kan tante? (sedih dan bingung )
Mama fariz :
fariz.... fariz matanya...(semakin menangis)
Aku : fariz matanya kenapa tante?(semakin
menangis dan sangat khawatir)
Mama fariz : fariz matanya nggak bisa lihat lagi. Terus penyakit
kankernya kambuh dan tambah parah lagi.(semakin menangis)
Tanpa
berpikir lagi aku langsung berlari menuju kamar fariz dan meninggalkan mamanya
di luar. Aku melihat fariz hanya duduk termenung di atas tempat tidur dan
menghadap ke jendela dengan tatapan kosong. Dan di dalam kamar itu ada 2 orang
sahabat ku dan ayah fariz kemudian mamanya fariz menyusul ku dari belakang. Aku
mencoba mendekati fariz dan memegang tangannya dan aku mencoba berbicara
dengannya :
Aku : fariz.. ini aku.(fariz bingung, dan
berontak mendorong dan mengusir ku dengan tongkatnya) Kamu masih ingat kan.
Kita bersahabatan berempat bercanda bersama, senang bersama, kamu ingat kan
fariz. (fariz terus tidak mau mendengarkan ku, tetapi aku terus berbicara) Kamu
jangan kayak gini terus fariz. Kamu harus semangat jalani hari – hari kamu.
Akau janji akan selalu nemanin kamu
di sini sama teman – teman. Aku janji.(mencoba menahan air mata)
Fariz : (mengambil buku catatan dan pulpen
kemudian menulis) Kamu jangan dekat aku. Bentar lagi aku mati. Buat apa aku
senang – senang kalau akhirnya aku mati juga. Dan gara-gara aku juga kakak aku
meninggal.
Aku
: fariz kamu nggak boleh
berpikiran begitu. Kakak mu meninggal juga bukan kesalahan mu itu kehendak Allah.
(akhirnya tak kuat juga menahan tangis)
Fariz : (fariz menulis lagi) aku nggak mau orang – orang di sekitar ku
sedih hanya memikirkan dan hanya mengurusi ku aja. Lebih baik aku mati secepatnya aja.
Aku
: semuanya nggak mau kamu
kenapa – kenapa. Kita sayang sama kamu. Apalagi aku. Aku sayang banget sama kamu fariz. aku nggak mau kamu kenapa – kenapa. Aku nggak mau itu. Aku mau kamu sembuh
fariz. aku mau kita kayak dulu lagi.
Ya fariz aku mohon kamu jangan mengurung diri seperti ini. Aku juga nggak mau kamu nggak ngomong, kamu harus belajar berbicara seperti dulu lagi.
Nggak boleh ngurung diri lagi ya fariz.(semakin menangis)
Fariz : (fariz mengeluarkan air mata,
tersenyum dan langsung memeluk ku lalu dia mengatakan dengan terbata - bata)
a-ku ba-ka-lan se-per-ti du-lu la-gi. A-ku eng-gak ba-ka-lan ngu-rung di-ri
la-gi.
Aku
: aku senang kamu semangat lagi. Yaudah kalau begitu nanti sore jam 5 kita jalan – jalan ke taman ya. Aku
pulang dulu soalnya dari aku nyampe belum pulang ke rumah tante ku. Ya fariz . bye fariz.
Fariz : (fariz tersenyum dan mengangguk)
Sore jam 5
Aku dan
teman - teman langsung ke rumahnya fariz
kita ke taman dan berjalan – jalan dan mengajari fariz berbicara dan Fariz
sudah mulai lancar untuk berbicara. Dia mengatakan :
Fariz : terima kasih ya kalian sudah
buat aku bahagia. Aku sayang banget sama kalian.
Aku
: iya kita juga sayang banget
sama kamu. Kita mau kamu seperti dulu lagi.
Rifki dan andre : iya kita bakalan
nemanin kamu. Kita tidur di rumah kamu deh ya. Jadi kita nggak bakalan terpisah hahaha..
Aku : iya. Kita tidur di rumah jadi
kita setiap jam, menit, dan detik kita selalu sama – sama.
Fariz : iya.
Aku seneng banget kalo gitu.
Rifki : fariz lagi sakit tapi kok tetep ganteng ya. Terus gantengan dia
lagi ndre dari pada kamu. Haha
Andre : ah
kamu ni. Kaga usah pake di omongin napa.
Fariz : jelaslah masih gantengan gue ,
secara gue gitu . hahaha
Aku : lagi
sakit masih juga sombong, buset dah.
Rifki dan andre : fariz kalo gitu kamu kejar kita ya. Kalo bisa nangkap kita berarti kamu hebat dan
paling ganteng di sini.. oke.
Fariz : oke. Tapi awas ya kamu ngerjain aku. Lagi nggak liat ni. Awas lo ya.
Dan kita
bermain – main bersama hingga jam 6 sore.
Lalu kita pulang dan maghrib pun tiba kita shalat maghrib bersama. Aku
berdoa agar fariz bisa sembuh dari penyakit kanker dan agar fariz bisa melihat
lagi.
Jam 9 malam
fariz mengajak ku ke sebuah tempat di mana kita sering melihat bintang waktu di
malam hari. Lalu kita berbaring di atas rumput dan menatap langit. Lalu fariz
mengatakan :
Fariz : sekarang pasti bintangnya indah banget ya.
Aku : iya sekarang bintangnya indahhh
banget di sebelah ujung sana (aku menarik tangan fariz ke arah bintang itu)
bintangnya cerah banget.
Fariz : andaikan saja aku bisa
melihatnya pasti aku senang banget.
Aku : (aku hanya menatap wajah fariz
yang semakin pucat karena penyakitnya dan akhirnya aku mengeluarkan air mata
karena aku sedih melihat keadaan fariz yang seperti ini)
Fariz : kamu lagi nangis ya. Aku nggak apa – apa kok. Aku udah ikhlas
dengan keadaan ku seperti ini. Mungkin ini adalah jalan hidup ku. Ini adalah
takdir ku. Tapi aku masih bersyukur karena walaupun keadaan ku seperti ini
tetapi aku masih punya seseorang yang sayang banget sama aku, yaitu kamu. Aku juga sayang banget sama kamu.
Kalau suatu saat nanti aku pergi kamu jangan sedih dan jangan pernah lupakan
aku ya, karena walaupun aku pergi aku akan selalu sayang sama kamu.
Aku : kamu nggak bakalan ninggalin aku kok.
Kamu akan selalu di sini sama aku. Aku selalu berdoa buat kamu. Aku juga nggak
bakalan pernah lupa sama kamu. Aku akan selalu ingat sama kamu. Karena aku
sayang banget sama kamu, begitupula dengan mama, papa, rifki dan andre mereka
semua sayang sama kamu fariz.
Fariz : iya
aku percaya itu kok.
Aku
: ya udah kalo gitu kita pulang udah malam juga kamu kan tadi belum
makan dan minum obat, aku suapin ya nanti.
Fariz : iya.
Ya udah ayo kita pulang.
Dan akhirnya
kita pulang. Aku menyuapi fariz dengan berlinang air mata karena aku tahu kalau
memang hidup fariz tak lama lagi. Aku tau itu dari dokter pribadi keluarga
fariz.
Keesokan
harinya.
Pagi – pagi
aku mengajak fariz lari pagi bersama – sama mama, papa, rifki dan andre. Kita
tertawa bersama. Bermain – main bersama. Tapi semakin aku melihat fariz tertawa
aku semakin ingat kata – kata dokter itu. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana
kalo fariz pergi dari kita untuk selama – lamanya. Aku benar – benar tidak bisa
membayangkannya. Setelah itu kita pulang dan tiba – tiba fariz mengeluh sakit
di dadanya. Lalu fariz muntah, dan muntahnya itu darah. Ya allah aku nggak bisa
berkata apa – apa selain menangis melihat fariz seperti ini. Rasanya jantung
dan hati ini teriris-iris.
Kemudian aku
mengambil wudhu untuk shalat duhur aku berdoa supaya fariz di berikan
kesembuhan karena aku kasihan melihatnya seperti ini. Tersiksa oleh
penyakitnya.setelah aku selesai shalat aku menuju kamar fariz dan ternyata
dokter lagi memeriksanya dan aku melihat dokter itu menggelengkan kepalanya pertanda
tidak baik bagi fariz dan sontak mamanya langsung menangis dan berlari keluar
kamar fariz. aku melihat itu dari kejauhan karena aku tidak mau menangis di
depan mamanya fariz ataupun fariz. s
Setelah aku
menghapus air mata ku , aku menghampiri fariz dan berkata :
Aku : fariz, kamu nggak papa kan. Apanya
yang sakit. Bilang sama aku.
Fariz : nggak papa kok. Ga ada yang sakit. Aku baik- baik aja. Lihat deh
aku sekarang lagi senyumkan.
Aku : (tidak bisa lagi menahan air
mata dan langsung berlari keluar kamar)
Setelah
mamanya fariz selesai berbicara kepada dokter dan fariz selesai makan dan minum
obat lalu mamanya fariz menyuruh fariz untuk istirahat.
Dan pada
malam harinya fariz menghampiri ku, rifki dan andre di teras rumahnya. Malam ini fariz mengajak
ku lagi ke tempat kemarin untuk melihat bintang. Setelah kita sampai di sana
fariz berbicara pada ku :
Fariz : aku tau umurku nggak lama lagi. Tapi aku yakin umur itu
ada di tangan allah. Aku nggak takut sama penyakitku ini. Karena di sampingku
ada kamu.
Aku : (tak bisa berkata-kata apapun hanya bisa
menangis)
Fariz : kamu jangan nangis ya aku nggak kenapa – kenapa kok. Aku sehat –
sehat aja. Aku nggak mau kamu nangis aku tau kamu sekarang lagi nangis.
Walaupun aku nggak bisa melihat tapi aku bisa merasakannya (sambil memegang
tanganku dan mengusap kedua pipi ku lalu mencium keningku)
Aku
: iya aku janji, aku bakalan
kuat. Aku berusaha nggak nangis lagi kok fariz. maafin aku ya , pasti kamu
tambah sedih yaa kalo aku nangis gini. Maaf ya.
Fariz : iya
aku sedih liat kamu gini. Jangan nangis lagi ya.
Aku
: ya udah kita liat bintang lagi yok. Aku kasih tau deh yang mana
bintang – bintang yang bagus.
Fariz : iya.
Aku dan
fariz menghabiskan malam bersama untuk melihat bintang. Entah mengapa aku tak
ingin jauh dari fariz. pikiran ku pun tak karuan. Kata – kata dokter itu selalu
mengiang-ngiang di kepala ku.
Aku melihat
bintang hingga tengah malam dan akhirnya kami ketiduran lalu rifki dan andre
membangunkan ku dan fariz untuk pulang ke rumah karena sudah tengah malam. Dan
akhirnya kita pulang. Entah mengapa pula aku benar – benar tak ingin berpisah
dengannya dan akhirnya aku, rifki dan andre tidur di kursi kamar fariz.
Pagi itu
fariz terlihat berbeda. Entah apa yang berbeda tapi menurut ku dia berbeda. Dia
banyak diam dan hanya tersenyum seharian itu. Aku takut ini adalah hari
terakhir untuk fariz. aku tak bisa membendung lagi air mata ku. Aku hanya
menatap fariz dengan tatapan kosong karena aku tak tahu lagi harus berbuat apa.
Dari pagi
hingga sore ini fariz sudah muntah darah 3 kali. Aku tak tahan lagi melihat
fariz seperti ini. Tiap saat aku berdoa pada allah agar fariz bisa sembuh dari
penyakitnya. Aku berdoa dengan penuh harap agar allah dapat mengabulkan doa-doa
ku ini.
Malam itu
tanpa sepatah kata pun dengan wajah pucatnya fariz mengajak ku, rifki dan andre
ke taman. Dia mengajak kita duduk dan dia hanya menatap ke arah depan dengan
tatapan kosong. Hati ku benar-benar teriris-iris karena menahan tangis perih di
hati ku ini. Fariz berkata :
Fariz : teman-teman kalian adalah
sahabat terbaik yang pernah aku punya. Sahabat yang tak pernah aku lupakan
sampai aku mati nanti. Kalian memang nggak
akan pernah tergantikan
Aku, rifki dan andre : (tidak bisa
mengatakan apa-apa lagi karena kita menahan air mata)
Fariz : (dia berbicara menatap ku)
aku sayang sama kamu. Aku nggak bakalan lupa
sama kamu. Kamu adalah salah satunya orang yang membuat ku mempunyai semangat
hidup di dunia ini. Kamu segalanya bagi ku. Kamuu(dia batuk dan mulai berkata
terbata-bata dan pelan) mungkin aku nggak bisa menepati janji ku untuk hidup
selamanya sama kamu. Tapi aku tetap menyayangi mu sampai aku mati. (dia
bersender di bahu ku dan mengeluarkan air mata)
Aku : (menyenderkan kepala ku di
kepalanya yang bersender di bahu ku) fariz.. fariz.. fariz kok kamu lama banget
nyendernya pegel ni. Fariz.. kamu nggak kenapa-kenapa kan fariz.. fariz
jawab.(mulai meneteskan air mata) fariz..... (aku menggeserkan badan ku lalu
fariz terjatuh)
Rifki dan andre : astaghfirullah
fariz.. ya allah.. (rifki berlari pulang dan memberitahu mama dan papa fariz)
Aku : farizzzzzzzzzzzzz.........
farizzzzzzzzzzzzzzz....... kamu jangan tinggalkan aku farizzzzz.... farizz bangunn..
aku mohon farizz.. aku sayang sama kamu... farizzz.. bangun.. fariz
bangun......
Andre : fariz kamu jangan tinggalkan
kita fariz. kita sudah berjanji selamanya akan sama –sama.
Mama dan papa fariz :
farizzzzzzzzzzzzzzz.. ya allah farizzz.. kenapa kamu tinggalkan mama dan papa
sayangggg... fariz kamu bangun nak..
Aku tak tahu
lagi jiwa dan raga ku berasa hancur dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Hati
ku terasa teriris-iris melihat fariz terbaring tak berdaya. Aku merasa separuh
jiwa ku hilang entah ke mana.
Malam itu
aku duduk di samping mayat fariz dan membacakan yasin untuknya beserta keluarga
dan kerabat orang tua fariz. aku memandangi fariz dan mengenang semua kenangan
– kenangan yang telah ku lalui bersama fariz. aku merasa fariz masih ada di
samping ku.
Selepas
subuh fariz di semayamkan. Banyak sekali yang mengantarkannya karena orang tua
fariz dan fariz sendiri pun baik dan pandai bergaul.
Aku merasa tak percaya
kalau fariz telah tiada. Aku ke kamar fariz dan melihat semua barang – barang
fariz yang sering dia gunakan. Aku tak tahu lagi bagaimana mata ku ini. Mungkin
mata ku ini bengkak sebengkak bengkaknya karena 3 harian ini aku selalu
menangis.
Keesokan
harinya aku ke kuburan fariz dari pagi hingga sore hari aku bercerita di atas
kuburannya semua isi hatiku aku curahkan dan aku merasa dia ada di sampingku.
Seminggu
setelah kepergian fariz aku sakit karena aku selalu memikirkan fariz, fariz dan
fariz.
Tak terasa
sudah 3 minggu aku pun harus pulang untuk melanjutkan sekolah ku dan
melanjutkan hidup ku di kota asal ku. Entah mengapa aku beratttttttt sekali
pergi meninggalkan kota ini.
Semua
kenangan fariz ada di sini. Sebelum aku pulang aku ke kuburan fariz untuk
berpamitan.
Entah
mengapa ada yang menarik tangan ku tetapi entah mengapa juga aku melihat fariz
dia menarik tangan ku dan mencium kening ku. Aku meneteskan air mata karena aku
teringat lagi semua kenanganku bersama fariz.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar